PPKn

Pertanyaan

Sebutkan Nilai Juang Rela Berkorban Dari Pahlawan Bung Tomo Dalam Mempertahankan Kemerdekaan

2 Jawaban

  • Realisasi Nilai-Nilai Kepahlawanan Dalam Pembentukan Karakter Bangsa

    Pada masa revolusi fisik, di mana perjuangan diidentikkan dengan maju ke garis depan peperangan, motivasi berjuang adalah mengorbankan jiwa raganya untuk satu nama “Indonesia”. Penulis yakin tak ada seorang pejuang pun yang saat itu bercita-cita mendapat gelar “pahlawan”. Kalaupun ada sebagian nama pejuang tanah air yang mendapat gelar tersebut bisa jadi hanya sekedar bonus belaka. Apalagi hampir semua gelar itu diberikan ketika sang empunya nama sudah wafat, baik di medan perang, sakit, pengasingan atau bahkan penjara.

    Namun itu terjadi dahulu, ketika gelar “pahlawan” bukan menjadi perdebatan. Ketika orang pada masa itu hanya berpikir bagaimana caranya merdeka serta tetap hidup dan menikmati kemerdekaan yang akhirnya bisa dicapai 64 tahun yang lalu dan generasi sekarang telah terbebas dari penjajahan fisik. Generasi yang mengalami masa penjajahan dengan yang tidak tentu banyak perbedaan, termasuk memaknai kepahlawanan. Bagaimana seharusnya generasi sekarang memaknai kepahlawanan?

    Sebenarnya, tanpa perlu ribut-ribut tentang siapa yang lebih pantas disebut pahlawan, atau mengapa tokoh A belum menjadi pahlawan serta mengapa tokoh B baru sekarang disahkan sebagai pahlawan, para tokoh tersebut sudah dianggap pahlawan oleh sebagian masyarakat Indonesia, yang selalu diributkan adalah pengesahannya dari Presiden atau dengan kata lain proses formalitas untuk menghargai seorang tokoh sebagai pahlawan.

    Kita ambil contoh Bung Tomo, jauh sebelum pengesahannya sebagai Pahlawan Nasional pada tahun ini, kita telah mengenalnya. Dalam berbagai literatur dokumentasi sejarah yang berkaitan dengan Perang 10 November 1945 di Surabaya pasti tercantum nama Bung Tomo yang pada saat itu memimpin arek-arek Suroboyo dalam pertempuran. Fotonya yang legendaris juga membuat kita semakin mengenalnya bahkan mungkin hafal wajah dan posenya yang khas itu.

    Melihat contoh peristiwa Bung Tomo di atas, sesungguhnya ia “hanya” kalah pada proses formalitas saja, nyaris sama dengan kebanyakan tokoh yang juga terlambat di-“pahlawan”-kan.

    Kembali kepada masalah memaknai kepahlawanan. Sekarang ini kita hidup di jaman yang berbeda. Saat ini bukan lagi revolusi fisik yang terjadi, tapi revolusi gaya hidup. Maraknya pembangunan dan globalisasi seolah-olah semakin memanjakan masyarakat Indonesia. Hal ini juga diperparah dengan kondisi berbagai aspek di Indonesia yang semakin amburadul. Penegakan hukum yang belum maksimal, krisis ekonomi global memberikan efek berantai ke negara kita, pendidikan yang belum merata, dan lain-lain.

    Dengan kondisi seperti itu maka sesungguhnya kepahlawanan yang dibutuhkan bukan sosok yang siap berlaga di medan perang, yang dibutuhkan adalah sosok yang bisa mengisi kemerdekaan dengan cara ikut membangun bangsa lewat pemikiran dan karya sesuai dengan bidang keilmuan atau ketrampilan masing-masing. Memaknai kepahlawanan pun dapat diwujudkan dengan meneladani sifat kepahlawanan. Semangat juang, kegigihan dan pantang menyerah itu adalah beberapa sifat pahlawan yang dapat kita teladani, dari situ kita bisa menghargai jasa para pahlawan serta menindaklanjutinya dengan menerapkan sifat-sifat teladan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
  • membakar semangat para pejuang indonesia daam melawan penjajah

Pertanyaan Lainnya